JADILAH AYAH DAN IBU YANG BIJAK
Pendidikan Anak
Sekarang
Umur ku sudah di tentukan
Maha Suci Allah yang telah menciptakan waktu selalu berjalan
Sehingga detik berubah menjadi menit,
Menit berubah menjadi jam
Jam berubah menjadi hari
Hari berubah menjadi minggu
Minggu berubah menjadi bulan
Bulan berubah menjadi tahun
Waktu berlalu umur bertambah tapi hakikatnya kita dekat
dengan wakt perpisahan karna setiap yang bernyawa sudah ada takaran, semakin
berjalan waktu kita semakin dekat dengan maut perpisahan jiwa dan raga
Tiga hal yangn jenazah ke kuburan
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيْمِيُّ
وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ كِلاَهُمَا عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ يَحْيَى
أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ قَالَ
سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ
اِثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ
أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
5 – (2960)
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Taimi dan Zuhair
bin Harb keduanya dari Ibnu Uyainah, Yahya berkata , telah mengkhabarkan kepada
kami Sufyan bin Uyainah dari Abdullah bin Abu Bakar, ia berkata:
Aku mendengar Anas bin Malik berkata:
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: Mayit diikuti oleh tiga hal, yang dua
kembali dan yang satu menetap. Ia diikuti keluarga, harta dan amalnya, keluarga
dan hartanya akan kembali sedangkan amalnya menetap (bersamanya)
Dari hadist
ini dijelaskan amalan kita tinggal bersama mayat,
Di dunia kita
selalu memperindah raga kita bahkan lebih istemewa pelayanan raga kita di
banding jiwa, kita beri pakaian, perhiasan, tata rias ke salon, bahkan harga
begitu mahal, kita bekerja sehari2 guna memperindah raga, membeli tempat
tinggal, kendaraan, dan lain sebagainya, waktu kita habis sehari2 bekerja hanya
untuk mempersiapkan keindahan hidup di dunia bagimana kita bias hidup bahagia
di dunia jauh dari kesusahan di dunia yang kita harapkan, semua
nya ketika waktu kita sampai semuanya tinggal untuk ahli waris
Bagaimana dngan jiwa kita?????? Yang akan kekal bersama kita adalah amal,\
Mana amal itu
1. Sadaqoh jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Anak yang shaleh
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ
إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Faedah dari hadits di atas:
Pertama: Jika
manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang
muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua: Allah
menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih
bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga: Amalan
yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di
antaranya:
a. Sedekah jariyah, seperti
membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai
macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu
ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus
amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan
setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari
kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk
memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya
anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab,
yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.
Keempat: Di
antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal
dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus
kepada si mayit tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih
surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Kelima: Sabda
nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam “atau anak sholeh yang mendo’akannya”,
tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a
kebaikan orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh
karena itu, kaum muslimin disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit
lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun mayit itu bukan ayahnya.
Keenam: Dalam
hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan untuk
menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh
(sehingga bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).
Pertanyaan nya
bagaimana dengan generasi kita yakni anak kandung kita?????
Sejauh mana kita mempersiapkannya
untuk bekal kita setelah mati???
KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
Anak adalah amanah Allah SWT kepada ayah dan
ibunya, oleh karena tiu harus senantiasa dipelihara, dididik dan
dibina dengan sungguh-sungguh agar supaya menjadi orang yang baik, jangan
sampai anak tersebut tersesat jalan dalam menempuh jalan hidupnya. Maka
kewajiban orang tua terhadap anaknya bukan hanya mencarikan nafkah dan
memberinya pakaian, atau kesenangan-kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi
lebih dari itu orang tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti
kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta
mendoakannya. Firman Allah SWT :
يايُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا
النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ
اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai
(perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS.
At-Tahrim : 6]
Dan
sabda Rasulullah SAW :
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلُ عَنْ رَعِيَّتِهِ . البخارى 1: 215
Kamu sekalian adalah pemimpin dan
kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin
dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki (suami)
adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya
dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin
dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Dan masing-masing dari kamu sekalian adalah pemimpin danakan ditanya
tentang kepemimpinannya. [HR
Bukhari juz 1, hal. 215]
Dengan
ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab
yang berat terhadap anaknya, untuk itu hendaklah kita perhatikan hal-hal
sebagai berikut.
* Dalam menyambut kelahiran anak
Orang
tua hendaknya bergembira menyambut kelahiran anaknya, baik itu laki-laki maupun
perempuan. Kemudian memberinya nama yang baik dan menyembelih
aqiqah (bila ada kemampuan). Sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ
اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِاَسْمَا ئِكُمْ وَبِاَسْمَاءِ آبَائِكُمْ . فَاَحْسِنُوْا
اَسْمَائَكُمْ. ابوداود 4: 287، منقطع، لان عبد الله بن ابى زكرياء لم يدرك ابا
الدرداء
Dari Abu Darda', ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil
pada hari qiyamat dengan namamu dan nama ayahmu, maka baguskanlah nama
kalian". [HR.
Abu Dawud juz 4, hal. 287, munqathi’, karena ‘Abdullah bin Abu Zakariya
tidak bertemu dengan Abu Darda’]
عَنْ
سَمُرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اْلغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ.
يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَابِعِ وَ يُسَمَّى وَ يُحْلَقُ رَاْسُهُ. الترمذى 3: 38
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Anak itu tergadai dengan aqiqahnya,
disembelih sebagai tebusannya pada hari ketujuh dan diberi nama pada hari itu
serta dicukur kepalanya". [HR.
Tirmidzi juz 3, hal. 38]
عَنْ
اُمّ كُرْزٍ اَنَّهَا سَاَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص. عَنِ الْعَقِيْقَةِ، فَقَالَ :
عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ وَعَنِ اْلجَارِيَةِ وَاحِدَةٌ لاَ يَضُرُّكُمْ
ذُكْرَانًا كُنَّ اَمْ اِنَاثًا. الترمذى 3: 35
Dari Ummu Kurzin (Al-Ka'biyah),
sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah,
maka Rasulullah SAW bersabda, “Untuk bayi laki-laki (menyembelih) dua ekor
kambing dan untuk bayi perempuan (menyembelih) seekor kambing, tidak mengapa
bagimu baik kambing itu jantan atau betina". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35]
* Tentang menyusui
Firman
Allah SWT :
وَ
اْلوَالِدتُ يُرْضِعْنَ اَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ
اَنْ يّـُتِمَّ الرَّضَاعَةَ، وَ عَلَى اْلمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ
كِسْوَتُهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ، لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلاَّ وُسْعَهَا، لاَ
تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَ لاَ مَوْلُوْدٌ لَه بِوَلَدِه وَ عَلَى
اْلوَارِثِ مِثْلُ ذلِكَ، فَاِنْ اَرَادَا فِصَالاً عَنْ تَرَاضٍ مّنْهُمَا وَ
تَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا، وَ اِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْآ
اَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اتَيْتُمْ
بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
بَصِيْرٌ. البقرة:233
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihatapa yang kamu kerjakan. [QS.
Al-Baqarah : 233]
* Mengkhitankannya
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَوْ خَمْسٌ مِنَ اْلفِطْرَةِ.
اَلْخِتَانُ وَ اْلاِسْتِحْدَادُ وَ تَقْلِيْمُ اْلاَظْفَارِ وَ نَتْفُ اْلاِبْطِ
وَ قَصُّ الشَّارِبِ. مسلم 1: 221
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Fithrah itu ada lima, ataulima dari
fithrah, yaitu : 1. khitan, 2. mencukur rambut kemaluan, 3. memotong
kuku, 4. mencabut bulu ketiak, dan 5. memotong kumis”. [HR. Muslim juz 1, hal. 221]
* Tentang memberi nafkah
Seorang
ayah bertanggungjawab memberikan nafkah bagi anak-anak dan keluarganya, sedang
ibu bertanggungjawab mengasuh anak-anak dan mengatur rumah tangga sebagai wakil
dari suaminya. Tentang besarnya nafkah untuk anak dan keluarganya ini
Islam tidak menentukan besarnya secara khusus, hal ini terserah pada kemampuan
masing-masing. Firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ
قَوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ
بِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. النساء : 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka ...... . [QS.
An-Nisaa' : 34]
وَ عَلَى
الْمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ. البقرة : 233
Dan bagi ayah berkewajiban memberi nafkah dan
memberi pakaian kepada ibu (dan anaknya) dengan cara yang ma'ruf. [QS. Al-Baqarah : 233]
لِيُنْفِقْ
ذُوْ سَعَةٍ مّنْ سَعَتِه، وَ مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُه فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ
اتهُ اللهُ، لاَ يُكَلّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ مَآ اتيهَا ، سَيَجْعَلُ اللهُ
بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا. الطلاق : 7
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezqinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan. [QS.
Ath-Thalaaq : 7]
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. : دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي
سَبِيْلِ اللهِ. وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ
بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ . وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. اَعْظَمُهَا
اَجْرًا الَّذِيْ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. مسلم 2: 692
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Satu dinar kamu infaqkan fii sabiilillah, satu dinar kamu
pergunakan untuk memerdekakan budak, satu dinar kamu sedekahkan kepada orang
miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling
besar pahalanya ialah yang kamu belanjakan untuk keluargamu". [HR. Muslim juz 2, hal. 692]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. كَفَى بِالْمَرْءِ
اِثْمًا اَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ. ابو داود 2: 132
Dari Abdullah bin 'Amr (bin Al-'Ash),
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,“Cukuplah bagi seseorang
berdosa, apabila dia mengabaikan orang yang makan dan minumnya menjadi
tanggungannya". [HR.
Abu Dawud juz 2, hal. 132]
عَنْ
اُمّ سَلَمَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ هَلْ لِيْ اَجْرٌ فيِ بَنِيْ
اَبِيْ سَلَمَةَ اُنْفِقُ عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هكَذَا وَهكَذَا
؟ اِنَّمَا هُمْ بَنِيَّ فَقَالَ نَعَمْ. لَكِ فِيْهِمْ اَجْرُ مَا
اَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ. مسلم 2: 695
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Saya
bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah saya mendapat
pahala kalau saya membelanjai putra-putranya Abu Salamah, sebab saya tidak
dapat membiarkan mereka demikian dan demikian (mencari makan kesana-kemari),
karena mereka itu juga sebagai anak-anak saya ?". Jawab Rasulullah
SAW, “Ya, kamu mendapat pahala dari apa yang kamu belanjakan kepada
mereka". [HR.
Muslim juz 2, hal. 695]
* Adil dalam pemberian
terhadap anak
عَنْ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ: تَصَدَّقَ عَلَيَّ اَبِى بِبَعْضِ مَالِهِ
فَقَالَتْ اُمّى عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لاَ اَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُوْلَ
اللهِ ص. فَانْطَلَقَ اَبِى اِلَى النَّبِيّ ص لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِىْ،
فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلّهِمْ؟ قَالَ: لاَ.
قَالَ: اِتَّقُوا اللهَ وَ اعْدِلُوْا فِى اَوْلاَدِكُمْ. فَرَجَعَ اَبِى فَرَدَّ
تِلْكَ الصَّدَقَةَ. مسلم 3: 1242
Dari Nu'man bin
Basyir, ia berkata, “Ayahku memberikan sebagian hartanya
kepadaku”. Lalu ibuku, yaitu ‘Amrah binti Rawahah berkata, ”Aku tidak
rela sehingga kamu minta disaksikan kepada Rasulullah SAW”. Maka ayahku
datang kepada Nabi SAW meminta kepada beliau untuk menyaksikan pemberiannya
kepadaku. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu juga memberikan
seperti ini kepada semua anakmu
?". Ia menjawab, “Tidak". Nabi SAW bersabda,“Bertaqwalah
kepada Allah, dan berbuatlah adil terhadap anak-anakmu". Lalu ayahku
pulang dan menarik kembali pemberian itu. [HR.
Muslim juz 3, hal. 1242].
و فى
رواية، قَالَ: فَاَشْهِدْ عَلَى هذَا غَيْرِى، ثُمَّ قَالَ: اَيَسُرُّكَ اَنْ
يَكُوْنُوْا اِلَيْكَ فِى اْلبِرّ سَوَاءً؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَلاَ اِذًا.
مسلم 3: 1244
Dan dalam satu riwayat, Nabi SAW
menjawab, “Carilah saksi untuk hal ini kepada selain
aku". Kemudian beliau bersabda, “Apakah kamu tidak senang
apabila anak-anakmu sama-sama berbhakti kepadamu ?". Dia
menjawab, “Ya". Beliau bersabda, “Jika demikian, maka
janganlah kamu lakukan". [HR.
Muslim juz 3, hal. 1244]
* Menyuruh anak-anak untuk
mendirikan shalat
Orang
tua harus menanamkan 'aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan sampai
syirik, dan menyuruh mereka untuk mendirikan shalat. Allah berfirman :
وَأْمُرْ
اَهْلَكَ بِا لصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ، لاَنَسْاَلُكَ رِزْقًا ، نَحْنُ
نَرْزُقُكَ ، وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوى. طه :132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezqi kepadamu, Kamilah yang memberi rezqi kepadamu. Dan akibat (yang
baik) adalah bagi orang yang bertaqwa. [QS. Thaahaa
: 132]
عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص
مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَ
اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَ هُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ. وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى
اْلمَضَاجِعِ. ابو داود، حديث حسن 1: 133
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari
kakeknya, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah
anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah
tempat tidur mereka". [HR.
Abu Dawud juz 1, hal. 133]
Mencarikan jodoh apabila sudah dewasa.
وَ
اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ اِمَآئِكُمْ،
اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ وَاسِعٌ
عَلِيْمٌ. النور: 32
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian
diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin)
dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur : 32]
Berdoa untuk keluarga :
Orang
tua terhadap anak-anak dan keluarganya hendaklah mengasihani mereka, bukan
hanya dengan harta dan pendidikan saja, tetapi juga dengan doa untuk
kebaikan mereka. Diantara doa-doa itu ialah :
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيـَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. الفرقان: 74
Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami,
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. [QS.
Al-Furqaan : 74]
Ini merupakan
kewajiban kita sebagai orang tua dalam mendidk anak, bukan guru secara garis
besar, guru hanya sebagai perpanjangan tangan dari orang tua dalam mendidik
anak agar jadi orang sukses, bahagia masa depan nya baik di dunia maupun
akhirat yang akan selalu mendoakan orang tuanya,
zaman Dahulu dibandingkan
dengan sekarang tidak lah sama
Dahulu semua
lapisan peduli dengan pendidikan, godaan gak banyak
Contoh dahulu
kita salah semua yang melihat kesalahan anak pasti di tegur tidak di pandang
dia anak kita atau anak orang lain, sekarang beda kita Nampak kesalahan anak
kita tegur walaupun bukan anak kita ternyata orang tua si anak marah, orang tua
bertanya “kamu negur anak saya kamu siapa, apa kamu ikut berimakan anak saya”
sehingga zaman sekarang setiap ada kesalahan, kenakalan anak orang lain gak mau
negor, toh bukan anak kita termasuk guru ngaji,serta sekolah yang penting
materi sampai!!!!
Zaman sekarang
godaan begitu banyak, siaran TV, HP, Games, dll
Kita sebagai
orang tua harus memiliki akal yang banyak untuk menjadikan anak kita menjadi
anak yang sholeh,
Sejauh mana
kita menjadikan anak jadi anak yang sholeh????
Setiap guru ngaji
negur anak kita, orang tua langsung marah “ ndak ikut kamu ngasih anak saya
makan” bahkan dengan bahasa lebih kasar
dari itu. Ada lagi saya orang sini kamu hanya nompang disini( tempat Ngaji )
Bagaimana anak
bisa mendoakan kita sebagai orang tuanya
ketika mati nanti,
Kita menangis
dalam kubur “mana Anak yang saya bangga2kan dulu, mereka tidak mau mengirimkan
saya doa untuk saya”
Komentar
Posting Komentar